Minggu, 20 Desember 2015

Analisi Prosa Anak Pada Cerpen Sepatu Melayang Karya Hikmatiara Frisca Abrori


Oleh
Rosita Armah
Mahasiswa Satra



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kehidupan anak-anak tidak luput dari cerita lucu, unik, bahkan menarik. Cerita-cerita itu biasanya berhubungan dengan imajinasi yang mereka kembangkan sendiri. Anak-anak sangat senang dengan cerita. Untuk itu, munculnya cerita yang dibuat khusus untuk anak-anak yang dinamakan cerita anak.
            Cerita atau sastra anak adalah sastra yang ditujukan khusus buat anak-anak. Karena isinya sesuai dengan kehidupan mereka. Cerita anak bisa dibuat oleh anak-anak ataupun orang dewasa.
Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah temtu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya (Puryanto, 2008: 2).
Dalam makalah ini, akan dianalisis cerita anak yang berjudul Tragedi  Bitterbalen karya Violita Maulani Ayunindia secara struktural. Analisis terhadap cerita anak dilakukan agar kehidupan anak-anak yang terdapat dalam sastra anak bisa dipahami oleh pembaca khususnya orang dewasa.

1.2  Rumusan Masalah
                    Berdasarkan uraian dari lata belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana struktur Prosa anak pada cerpen Tragedi Bitterbalen karya Violita Maulani Ayunindia?
2.      Bagaimana kehidupan anak yang terungkap pada cerpen Tragedi Bitterbalen karya Violita Maulani Ayunindia?

BAB II
ANALISIS PROSA ANAK PADA CERPEN TRAGEDI BITTERBALEN KARYA VIOLITA MAULANI AYUNINDIA
2.1  Analisis Struktural Cerpen anak Tragedi Bitterbalen
2.1.1        Tema dan Amanat
Tema merupakan Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita.
Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, Cerpen Tragedi Bitterbalen mengangkat tema kecerobohan anak dalam memasak. Tema yang diungkappkan dalam cerpen, secara langsung dapat ditangkap oleh pembaca, khususnya anak-anak. Misalnya dalam kutipan berikut :
“Kebakaran!” teriakku spontan. Mama segera berlari ke kamar mandi dan mengambil seember air. Aku dan Alyssa segera mengikuti apa yang dilakukan mama ( KKPK: 109).
Atau pada kutipan berikut ini :
“Maafkan aku, Ma! Aku sudah ceroboh,” kataku masih menangis (KKPK: 111).
“Maafkan aku, Mama. Aku tadi lupa kalau sedang menggoreng Bitterbalen. Kalau Ayah marah gimana?” kataku sambil sesegukan (KKPK: 111)
Dari tiga kutipan di atas, tema yang diangkat dapat terlihat. Hal itu juga diperkuat dengan judul cerpen yang sesuai dengan isi cerpen yaitu Tragedi Bitterbalen. Judul dapat memberikan simboll terkait isi cerita.
Selain tema, dalam cerpen tersebut juga terdapat amanat. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implicit yaitu dengan cara memberikan ajaran moralatau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir. Dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran ataupun larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Amanat yang dapat ditangkap dalam cerpen ini diperuntukkan untuk anak-anak. Khususnya anak-anak yang mulai suka dengan dunia masak memasak. Amanatnya adalah meninggalkan kompor dalam keadaan menyala dapat meneybabkan kebakaran. Selain itu, masakan yang dimasak juga akan gosong. Amanat ini dapat dilihat dari kutipan berikut :
“Kebakaran!” teriakku spontan. Mama segera berlari ke kamar mandi dan mengambil seember air. Aku dan Alyssa segera mengikuti apa yang dilakukan mama ( KKPK: 109).
Atau pada kutipan berikut ini :
“Untung saja gasnya tidak meledak. Karena jika meledak api akan lebih cepat menjalar ke seluruh rumah! Dan bisa membakar rumah tetangga.: kata mama yang sudah mulai tenang (KKPK: 111).
2.1.2        Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan ciptaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau kejadian dalam sebuah cerita. Pada umumnya, tokoh berwujud manusia. Namun, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diberi sifat  seperti manusia.
Tokoh yang ada dalam cerpen Tragedi Bitterbalen adalah sebagai berikut :
1)      Violita
Violita merupakan seorang anak yang ingin sekali belajar memasak. Berikut kutipannya :
“Iya, Ma, aku juga ingin membuat makanan yang ada di buku resep ini!” kataku mendukung Alyssa (Tragedi Bitterbalen: 106)
Violita juga digambarkan sebagai anak yang ceroboh. Berikut kutipannya :
“Maafkan aku, Ma! Aku sudah ceroboh,” kataku masih menangis (Tragedi Bitterbalen: 111).
Selain itu, Albionita juga digambarkan sebagai anak yang mau mengakui kesalahan. Berikut kutipannya :
“Aku minta maaf sebesar-besarnya, Yah. Karena lalai dan menyebabkan kebakaran sehingga dapur jadi hangus,” (Tragedi Bitterbalen: 113)
2)      Alyssa
Alyssa adalah adik perempuan Violita. Berikut kutipannya :
Suatu hari, mama meminjam buku-buk resep makanan dari tetangga. Aku dan Adikku, Alyssa, senang sekali. Buku itu membuat kami ngiler. Kalau dipraktikkan pasti kue-kue dan masakan itu sangat lezat (Tragedi Biiterbalen: 106).
Alyssa digambarkan sebagai adik yang perhatian. Berikut kutipannya L
Alyssa segera mengambil minum untukku agar aku tenang (Tragedi Bitterbalen: 111).
3)      Mama Violita
Mama Violita digambarkan sebagai wanita yang penyayang. Berikut kutipannya :
Mama dan Alyssa datang ke ruang keluarga langsung memelukku (Tragedi Bitterbalen: 113).
Selain itu, Mama Violita juga digambarkan sebagai orang yang penyabar dan bijak. Berikut kutipannya :
“Sudah, sudah ini menjadi pelajaran untuk Violita agar tidak ceroboh dan lebih berhati-hati,” kata Mama bijak (Tragedi Bitterbalen: 113).
4)      Ayah Violita
Ayah Violita merupakan sosok yang bijaksana. Berikut kutipannya :
Setelah tenang, Ayah menasihatiku bahwa bermain kompor sangat berbahaya. Kalau ingin memasak boleh saja, tapi jangan meninggalkan kompor tau minta ditemani Mama saja. Ayah menjelaskan bahwa bahaya kebakaran akibat kelalaian dapat mengancam bukan hanya korban harta, tapi juga korban jiwa (Tragedi Bitterbalen: 112-113).
Selain itu, Ayah juga orang yang pemaaf. Berikut kutipannya :
“Aku minta maaf sebesar-besarnya, Yah. Karena lalai dan meyebabkan kebakaran sehingga dapur jadi hangus,” kataku terbata-bata.
“Ayah memaafkan, tapi kamu harus lebih hati-hati lagi, ya!” kata Ayah (Tragedi Bitterbalen: 113).
2.1.3        Alur
Alur merupakan urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita . Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju. Hal ini terlihat dari kronologis cerita. Dari awal hingga alhir cerita, alur selalu digeraakkan oleh tokoh utama dan tidak menggunakan pembayangan masa lalu pada tokoh utama.
Berikut ini kronologis kejadian dari awal hingga akhir cerita :
1)      Mama meminjam nuku resep masakkan pada tetangga.
2)      Alvionita dan Alyssa meminta mama untuk mencoba salah satu resep masakkan.
3)      Mereka bertiga pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang dibutuhkan.
4)      Mereka membuat kue Bitterbalen Udang Keju bersama-sama.
5)      Alviolita dan Alyssa membawa kue ke Sekolah.
6)      Banyak teman-temannya yang suka kue buatan mereka.
7)      Alyssa belajar matematika bersama Mama.
8)      Alvionita merasa sangat kelaparan.
9)      Alvionita menggoreng kue Bitterbalen yang ada di kulkas.
10)  Alvionita meninggalkan kompor menyala karena mengambil air minum.
11)  Mama dan Alyssa juga meminta diambilkan air minum.
12)  Mama mencium bau gosong.
13)  Alvionita berlari ke dapur di ikuti oleh Mama dan Alyssa
14)  Kebakaran terjadi.
15)  Mama memadamkan api dengan air.
16)  Api padam dan keadaan dapur berantakkan.
17)  Alvionita mulai menangis.
18)  Alvionita meminta maaf pada mama.
19)  Mereka membersihkan bekas-bekas kebakaran.
20)  Tiba-tiba Ayah datang.
21)  Mama menceritakan semua kejadian.
22)  Ayah memanggil Alvionita dengan nada kesal.
23)  Alvionita mendatangi Ayah dan mengakui kesalahannya.
24)  Ayah memberikan nasihat kepada Alvionita dan memaafkannya.
25)  Ayah memberikan usul untuk mengecat dapur bersama-sama.
26)  Semua setuju dengan usul Ayah.
27)  Hari minggu mereka mengecat tembok bersama-sama.
28)  Alvionita bersyukur mempunyai keluarga seperti Mama, papa, dan Alyssa.
Dari kronologis cerita di atas, terlihat bahwa tokoh utama, yaitu Alvionita, awalnya belajar memasak kue Bitterbalen bersama Alysaa pada Mama. Suatu sore, ketika Alyssa sedang mengerjakan PR bersama Mama. Alvionita merasa sangat lapar. Lalu, ia menggreng sisa kue Bitterbalen yang ada dikulkas. Karena meninggalkan kompor tetlalu lama, dapur pun kebakaran. Semua gosong dan berantakkan. Papa memberikan nasihat kepada Alvilita agar tidak mengulangi lagi perbuatannya lagi. Alvionita berjanji dan meminta maaf kepada Papa dan Mama atas kesalahannya.
Hal itu membuktikan bahwa alur yang digunakan  adalah alur maju.
2.1.4        Latar
Latar biasa disebut dengan setting. Latar adalah segala hal yang memeberikan keterangan tempat, waktu dan suasana di dalam cerita.
Latar tempat dalam cerpen ini hanya di rumah Alvionita dan di pasar. Kedua latar ini bisa dilihat dari kutipan berikut :
Pada hari Minggu, mama, Aku dan Alyssa pergi ke pasar untuk memberli udang, bawang bombay, dan keperluan lainnya (Tragedi Bitterbalen: 106-107).
Juga pada kutipan berikut ini :
Mama dan Alyssa mengikutiku berlari ke dapur. Ternyata, api sudah membesar dan mengenai atap rumah (Tragedi Bittebalen: 109).
Latar tempat juga bisa dilihat dari kutipan berikut ini :
Hari Minggu, kami membeli cat dan mengecat dapur bersama-sama (Tragedi Bitterbalen: 114).
Selain latar tempat, cerpen ini juga terdapat latar suasana. Suasana mencemaskan dan menegangkanyang terjadi ketika api melahap isi dapur. Berikut kutipannya :
“Kebakaran!” teriakku spontan.
Mama segera berlari ke kamar mandi dan mengambil  seember air. Aku dan Alyssa segera mengikuti apa yang dilakukan Mama (Tragedi Bitterbalen: 109).
Suasana takut juga tergambar ketika Ayah meminta Alviolita untuk menghadapnya. Berikut kutipannya :
“Ya Allah, semoga aku tidak dimarahi Ayah.” Doaku lirih. Kakiku melangkah menuju ruang keluarga. Kau terus komat-kamit berdoa kepada Allah (Tragedi bitterbalen: 112).
Selain latar tempat dan suasana, cerpen ini juga mempunyai latar waktu. Pertama, waktu hari Minggu. Berikut kutipannya :
Pada hari Minggu, mama, Aku dan Alyssa pergi ke pasar untuk memberli udang, bawang bombay, dan keperluan lainnya (Tragedi Bitterbalen: 106-107).
Kedua, pada waktu sore. Berikut kutipannya :
Suatu sore, mama sedang membantu Alyssa belajar Matematika di ruang keluarga (Tragedi Btterbalen: 108).
2.1.5        Gaya
Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya.
Gaya pada cerita anak tentunya disesaikan dengan usia pembacanya. Cerpen ini memuat bahasa yang sangat mudah dipahami oleh para pembaca. Bahasanya ringan dan tidak berbelit-belit.
2.1.6        Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai:
Dalam cerpen ini, penulis menggunakan sudut pandang orang pertam. Kutipannya sebagai berikut :
Aku dan Alyssa meminta mama untuk mencoba salah satu resep makanan yang ada dibuku itu bersama-sama (Tragedi Betterbalen: 106).
BAB III
PENUTUP
 Dari hasil ananlisis prosa anak yaitu cerpen Tragedi Betterbalen Karya Alvionita MA dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Umumnya, anak-anak bersifat serba ingin tahu. Anak-anak ditumbuhi rasa penasaran yang tingga akan suatu hal dan akan merasa puas setelah mencobanya.
2.      Pada cerpen Tragedi Betterbalen Karya Alvionita MA  dijelaskan dampak buruk dari kecerobohan seorang anak yang lalai dengan kompor. Kebakaran akan terjadi jika kompor dibiarkan menyala tanpa pengawasan.
3.      Amanat yang disampaikan dalam cerpen tersebut dapat memberikan nasihat kepada anak-anak akan bahaya menggunakan kompor sembarangan. Anak-anak akan mengerti bahwa kompor bukan untuk mainan. Jika ingin menggunakan kompor harus dalam pengawasan orang tua atau dengan lebih berhati-hati.
4.      Suasana yang tergambar saat Alvionita ketakutan karena ingin menghadap Ayahnya. Ini menunjukkan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Tidak boleh berbuat semaunya saja.

Referensi
Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah.
                 Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKL

Rosyid, Abdur. 2009.  Unsur-unsur Intrinsik dalam